SUMENEP, Suarapers.net – Dinas Kebudayaan pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) kabupaten Sumenep bekerjasama dengan Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya, Jawa Timur menggelar Lokakarya “Sinergi Pentahelix dalam pengembangan Ekowisata Pulau segitiga emas Sumenep” di Aula Kantor Bappeda Sumenep, Jum’at (20/09/2024)
Diketahui, Turut hadir Kadisbudporapar Sumenep, Mohammad Iksan, Kabid Parawisata, Andre Dzulkarnaen, Tenaga Ahli Bidang Pariwisata Sugeng, Duta Pariwisata, Guru Besar Bidang kebijakan publik Universitas Hang Tuah Surabaya Prof Dr Agus Subianto, Himpunan Ahli pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPI) Prof. Dr. Ninis Trisyani, Ketua Tim peneliti Dr. M. Husni Tamrin, serta Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) se-Kabupaten Sumenep.
Konsep Eko-Wisata adalah sebuah metode yang efektif untuk memberdayakan masyarakat lokal kabupaten Sumenep guna melawan kemiskinan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
“Pengembangan dunia pariwisata desa sangat penting dilakukan, sebagai upaya mendorong kesejahteraan masyarakat, karena keberadaan wisata itu memberi peluang terhadap pemberdayaan ekonomi,” kata Moh. Iksan SPd, MT dalam sambutannya.
Tujuan dari Lokakarya ini adalah untuk menyelaraskan pemahaman dan visi antar akademisi, Pemerintah kabupaten, pemerintah desa, dan kelompok sadar wisata mengenai konsep ekowisata serta mengidentifikasi potensi dan Tantangan Ekowisata Berkelanjutan di pulau segitiga Emas.
Pulau Segitiga Emas merupakan sebuah julukan dari tiga pulau yaitu Gili Iyang, Gili Labak, Gili Genting yang memiliki potensi ekowisata unik dengan kekayaan alam dan kearifan budaya.
“Meskipun telah terlibat dalam melestarikan warisan budaya, masih terdapat tantangan dalam pemahaman konservasi lingkungan, kurangnya pengetahuan tradisional yang optimal, dan kekurangan regulasi di tingkat lokal,” ujar mantan Kadinsos Dinas pendidikan Sumenep.
Oleh karenanya, guna mengoptimalkan semua itu Maka diperlukan beberapa rekomendasi kebijakan, agar Pulau Segitiga Emas dapat mengoptimalkan potensinya sebagai destinasi ekowisata yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi yang adil kepada masyarakat lokal, dan tetap melestarikan keindahan alam dan budaya yang dimilikinya.
“Kesuksesan ini tidak akan pernah tercapai tanpa kolaborasi berbagai pihak, diantaranya pemerintah, masyarakat, pihak swasta dan seluruh Elemen dalam mencapai pembangunan pariwisata yang seimbang dan berkelanjutan,” ungkap M. Iksan, SPd, MT.
Sementara itu, Ketua TIM Peneliti menyampaikan bahwa pengembangan ekowisata di Pulau segitiga ini memberikan manfaat kepada Masyarakat Lokal jika di Optimalkan dengan Baik.
“Kolaborasi dan atau sinergi antara Pemerintah dan Stakeholder kabupaten Setempat sangat diperlukan Guna mengembangkan wisata di Sumenep,” ujarnya.
Berdasarkan kondisi di atas, perlu adanya analisis lebih lanjut terkait kondisi tiga Pulau Segitiga Emas secara internal dan eksternal yang kaitannya dengan keberadaan potensi pariwisata.
Untuk itu, penelitian ini mengambil pendekatan analisis menggunakan konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Management) dan dibantu dengan analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threat.
“Harapannya kolaborasi kedua metode tersebut dapat memberikan hasil yang komprehensif mengenai keterkinian Pulau Segitiga Emas, utamanya untuk mendukung keberlanjutan pariwisata yang ada,” tandasnya.
Hingga berita ini dinaikkan, kegiatan Lokakarya Sinergi Pentahelix dalam pengembangan Ekowisata Pulau segitiga Emas Sumenep masih berlangsung khidmat dan Lancar, diikuti 50 (Lima Puluh) peserta dari masing-masing perwakilan pokdarwis terkait.
Penulis : Ron
Editor : Frinanda